Dalam sejarah perkembangan pengetahuan, pertanyaan tentang bentuk bumi telah menjadi perdebatan besar, baik di ranah ilmiah maupun religius. Di masa lalu, pandangan bumi sebagai hamparan datar mungkin lebih populer di kalangan masyarakat. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan astronomi, pemahaman bahwa bumi berbentuk bulat semakin banyak diterima. Pada saat yang sama, pandangan tentang bentuk bumi juga telah menjadi bagian dari interpretasi ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan alam semesta. Bagaimanakah Islam memandang bentuk bumi? Apakah ada penjelasan yang selaras antara ilmu pengetahuan modern dan tafsir Al-Qur'an?
Penjelasan Sains tentang Bentuk Bumi
Dalam ilmu pengetahuan modern, bumi dikenal berbentuk *geoid*, yaitu bentuk yang menyerupai bola yang sedikit pepat di kutub dan lebih melebar di sekitar ekuator. Penemuan ini didasarkan pada berbagai pengamatan astronomis, penjelajahan laut, pengukuran bumi melalui satelit, dan perjalanan ruang angkasa. Dari berbagai sudut pandang sains, bukti yang tersedia mendukung kesimpulan bahwa bumi berbentuk bulat. Beberapa bukti ilmiah yang mendukung teori ini antara lain:
- Bayangan Bumi pada Gerhana Bulan ,Saat terjadi gerhana bulan, bumi menutupi cahaya matahari yang seharusnya diterima bulan, menghasilkan bayangan yang melingkar. Bayangan ini merupakan salah satu indikasi bahwa bumi memiliki bentuk bulat.
- Perubahan Konstelasi Bintang. Perubahan posisi bintang yang terlihat dari belahan bumi utara dan selatan menunjukkan bahwa bentuk bumi bulat. Jika bumi datar, maka seluruh permukaan bumi akan melihat bintang-bintang yang sama di langit malam.
- Perjalanan Udara dan Laut. Pada penerbangan jarak jauh atau perjalanan laut lintas benua, jalur perjalanan berbentuk melingkar dan mengikuti lengkungan bumi untuk menghemat jarak. Hal ini tidak mungkin dilakukan jika bumi datar.
Tafsir Al-Qur’an: Bumi dalam Perspektif Islam
Di dalam Al-Qur'an, terdapat beberapa ayat yang kerap menjadi rujukan dalam diskusi bentuk bumi. Salah satu ayat yang sering dirujuk dalam hal ini adalah:
Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).” (QS. Adz-Dzariyat: 48)
Ayat ini sering diartikan bahwa bumi dihamparkan, sehingga muncul pandangan bahwa Al-Qur'an menyatakan bumi itu datar. Namun, beberapa ulama dan ahli tafsir menegaskan bahwa istilah "menghamparkan" tidak serta-merta menunjukkan bentuk datar secara geometris. "Hamparan" dapat merujuk pada keberadaan bumi yang bisa ditinggali dan ditata untuk kehidupan, bukan berarti bentuk fisiknya datar.
Beberapa tafsir modern merujuk pada kata dalam bahasa Arab yang digunakan dalam ayat tersebut. Kata dahaha dalam QS. An-Nazi'at: 30 misalnya, berasal dari kata yang berarti "telur" atau "bentuk bulat" menurut beberapa penafsir. Sehingga, interpretasi modern menyarankan bahwa penggambaran bumi sebagai sesuatu yang "dihamparkan" dapat merujuk pada kenyamanan hidup di bumi tanpa menyangkal bentuk bulatnya.
Perspektif Ulama Klasik dan Modern
Para ulama klasik, seperti Ibnu Taimiyah, tidak secara langsung membahas bentuk bumi sebagai bulat atau datar karena ilmu astronomi belum berkembang sebagaimana sekarang. Namun, ulama modern seperti Dr. Zaghloul El-Naggar dan Dr. Zakir Naik menginterpretasikan ayat-ayat tersebut dengan menyelaraskan temuan ilmiah modern, menyimpulkan bahwa bentuk bumi yang bulat dapat didukung oleh interpretasi ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka menganggap Al-Qur'an tidak secara eksplisit menyatakan bumi datar atau bulat, tetapi ayat-ayat tentang alam semesta dapat ditafsirkan selaras dengan sains modern.
Keselarasan Ilmu Pengetahuan dan Keimanan
Dari sudut pandang Islam, memahami bentuk bumi tidak harus menjadi perdebatan yang memecah belah. Al-Qur’an, sebagai kitab petunjuk, memiliki banyak ayat yang sifatnya mujmal atau umum dalam menggambarkan alam. Ayat-ayat tentang bumi memberikan ruang bagi interpretasi yang memungkinkan umat Islam menggabungkan iman dengan pengetahuan ilmiah yang berkembang. Al-Qur’an mengajak manusia untuk berpikir, merenung, dan mengamati alam, yang tentunya meliputi pengetahuan tentang bentuk bumi.
Kesimpulan
Sains modern menyimpulkan bahwa bumi berbentuk bulat berdasarkan berbagai bukti empiris dan pengamatan ilmiah. Di sisi lain, Al-Qur’an tidak secara langsung menyatakan bentuk bumi secara geometris. Dengan demikian, pandangan bahwa bumi berbentuk bulat atau geoid tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Para ulama menyarankan agar umat Islam membuka diri terhadap pengetahuan yang dapat memperdalam pemahaman mereka akan alam semesta, yang pada akhirnya akan membawa mereka pada keimanan yang lebih kuat terhadap kebesaran ciptaan Allah SWT.
Islam memandang sains dan keimanan dapat berjalan seiring; tafsir yang berkembang pada akhirnya bertujuan untuk menunjukkan bahwa setiap penemuan baru dalam ilmu pengetahuan adalah wujud dari keagungan dan kemuliaan Allah SWT dalam menciptakan alam semesta.
Komentar
Posting Komentar